Babak baru kasus penyiraman air keras Novel Baswedan

Kamis, 15 Juni 2017 05:37
Reporter : Ferry Julian

Penyidik KPK Novel Baswedan dijenguk Ketua KPK dan Kapolda Metro.


Novel Baswedan, penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ini sedang tergolek lemah di salah satu rumah sakit Negeri Singa. Wajahnya melepuh usai disiram air keras oleh orang tak dikenal pada 11 April 2017 silam.

Saat itu, Novel usai melaksanakan salat Subuh di  masjid dekat rumahnya bilangan Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Banyak pihak yang mengait-ngaitkan peristiwa tersebut dengan kasus megakorupsi e-KTP yang merugikan negara sebesar Rp 2.3 Trilliun. Novel merupakan Kasatgas penyidik yang menangani kasus tersebut.

Hampir tiga bulan berlalu, namun penyelidikan kepolisian masih jalan di tempat. Polisi mengaku sudah memeriksa sejumlah saksi hingga mengamankan CCTV yang ada di sekitar lokasi kejadian. Sayang, kasus tersebut masih kabur, belum mengerucut kearah terduga pelaku.

Hingga akhirnya Novel angkat bicara.

Saat diwawancarai oleh wartawan majalah TIME di Singapura, Novel mengungkapkan adanya dugaan anggota Korps Bhayangkara terlibat dalam peristiwa yang membuat dirinya harus menjalani operasi di bagian mata.

Ini merupakan kali pertama Novel bersuara usai sejak insiden yang terjadi pada 11 April lalu. Ketika diwawancara di ranjang rumah sakit di Singapura, Novel masih menjalani pemulihan. Matanya masih memakai pelindung yang dipasang di wajah.

Novel mengaku penyiraman air keras itu adalah serangan keenam yang dia alami selama terjadi penyidik KPK. Dia mengatakan cukup heran mengapa polisi belum berhasil menangkap pelaku penyiraman air keras terhadap dirinya.

"Saya mendapat nformasi bahwa ada seorang jenderal polisi yang berpangkat tinggi terlibat. Awalnya saya katakan informasi itu tidak benar. Tapi sekarang setelah berjalan dua bulan dan kasus ini belum juga terpecahkan, saya bilang (kepada orang yang menduga polisi terlibat) bahwa rasanya informasi itu benar," ujar Novel, seperti dilansir Time, Selasa (13/6).

Dalam pernyataannya kepada TIME, Kapolri Tito Karnavian menturkan polisi saat ini sedang berusaha memecahkan kasus ini.

"Lima orang sudah ditangkap tapi setelah diperiksa mereka ternyata tidak berada di lokasi pada saat penyerangan jadi bukan mereka pelakunya," kata Tito melalui pesan Whatsapp kepada TIME.

Novel selama ini dikenal sebagai sosok penyidik KPK yang sulit diintimidasi.

"Saya tidak ingin bersedih.Ketika kita memutuskan melawan demi rakyat, demi banyak orang, dampaknya kita akan ditentang, kita akan diserang," kata dia.

Menanggapi hal tersebut, Mabes Polri meminta agar Novel menyampaikan informasi sekecil apapun terkait peristiwa yang menimpanya.

"Sebaiknya informasi uang dimiliki itu disampaikan kepada penyidik Polri dalam hal ini penyidik Polda Metro, supaya penyidik Polda Metro bisa menindaklanjutinya, informasi-informasi penting yang dianggap penting oleh saudara novel hendaknya disampaikan kepada penyidik," ujar Kabagpenum Polri Martinus Sitompul di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Rabu (14/6).

Martinus menambahkan, segala informasi harus dibuktikan kebenarannya. Ini diperlukan agar tidak menjadi bola liar menyesatkan.

"Supaya tidak terjadi sebuah tendensi atau tudingan karena proses itu kan harus informasi harus diuji tidak dibiarkan, kalau diberikan kepada penyidik, dari mana alur-alurnya, fakta-fakta apa yang mendukung pernyataan itu, jadi prinsipnya harus diserahkan ke polisi," tegasnya.

IKLAN SEBENTAR YA GAES^^ :

No comments:

Post a Comment

Instagram